Idul Adha dan Gagal Ginjal Penyebab Rindu Tanpa Penawar
Idul
Adha adalah momen yang dinanti oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia, di
mana semangat kebersamaan, pengorbanan, dan ketakwaan terasa begitu nyata.
Namun, bagi saya dan keluarga sudah 2 tahun Idul Adha kami rayakan dengan suasana
berbeda. Suasana yang biasanya dipenuhi dengan keramaian dan keceriaan kini
tergantikan oleh kerinduan yang mendalam akan sosok anggota keluarga yang telah
Allah SWT panggil untuk pulang menghadap Nya. Sosok yang semasa hidupnya
menjadi bintang di rumah kami, sosok periang dan penuh tanggung jawab, dia
adalah satu-satunya adik laki-laki saya. Tak dapat dipungkiri, rindu ini
semakin mendalam ketika kita mengingat masa-masa lalu di mana kita bisa
berkumpul merayakan Lebaran di istana sederhana kami. Dia yang hobi makan pasti
melahap dengan semangat berbagai hidangan di Hari Raya.
2022
adalah tahun dimana hidup terasa lebih berat dari biasanya, berawal ketika adik
saya merasa tidak enak badan, semakin hari semakin lemah, pada saat itu vonis
dokter adalah adanya cairan di paru-parunya sehingga dokter menyarankan untuk
segera dilakukan tindakan operasi. Namun, setelah operasi dilakukan adik saya
justru semakin lemah, berbagai pengobatan baik medis dan tradisional kami jalani,
puluhan kilometer kami tempuh hanya untuk kesembuhannya, tapi ternyata Tuhan begitu
menyayanginya, lima bulan berjuang untuk sembuh dia berpulang kepada sang
penciptanya setelah sebelumnya dinyatakan gagal ginjal kronis.
Gagal
ginjal penyakit yang sebelumnya terasa asing bagi kami, tapi kini menjadi
trauma mendalam bagi kami sekeluarga. Hanya lima bulan, gagal ginjal merenggut
nyawa orang yang kami sayangi. Sampai hari ini, dua tahun berlalu kami bahkan
masih belum paham penyebab adik saya mengidap penyakit tersebut. Seingat saya
dia justru memiliki pola hidup yang lebih sehat dari saya, meski hobinya adalah
makan namun dia selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga setiap harinya,
mulai dari jogging, gym, bersepeda dan berbagai jenis olahraga lainnya, dia
juga orang yang selalu memenuhi kebutuhan cairan tubuhnya dengan minum air
putih setiap hari. Kami yang pada
dasarnya tidak mengerti sama sekali tentang ilmu kesehatan sesungguhnya masih
sangat bertanya-tanya penyebab utama dari gagal ginjal kronis yang diderita
adik saya.
Kini,
dua tahun sudah dia pergi meninggalkan kami dan sudah tiga kali Idul Adha kami
jalani tanpa dia, ada rindu yang setiap harinya bertambah tapi sayangnya kami
justru tidak memiliki penawarnya. Idul Adha tahun ini kami hadiahkan qurban
untuknya, semoga pahalanya Allah sampaikan kepadanya. Tentang rindu tanpa
penawar ini, kami akan senantiasa belajar ikhlas menerima segala ketetapanNya.
Idul Adha tahun ini
mengajarkan kita untuk lebih menghargai makna pengorbanan dan pentingnya
menjaga kesehatan bersama. Dalam keterbatasan, kita belajar untuk lebih
bersyukur dan menemukan cara baru untuk menjalin silaturahmi serta menjaga
ikatan kekeluargaan. Rindu tanpa penawar ini, meskipun berat, mengingatkan kita
bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada pertemuan fisik, tetapi juga pada
doa dan kenangan yang selalu kita bawa dalam hati.
Mari kita rayakan Idul Adha
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, sembari tetap menjaga kesehatan dan
mendoakan yang terbaik untuk semua. Semoga Allah SWT menerima segala amal
ibadah dan pengorbanan kita, serta memberikan kekuatan untuk melalui masa-masa
sulit ini. Selamat Idul Adha, semoga kesehatan dan berkah selalu menyertai kita
semua.
With Love,
Desti Wulandari
Komentar
Posting Komentar